Lahirnya AMS tidak ujug-ujug (begitu saja) datang dari langit ketujuh, melainkan lahirnya AMS melalui serangkaian proses dan produk pemikiran dan kejadian sebagai totalitas persiapan yang menahun, ada, dan hidup di bumi Siliwangi tercinta. AMS lahir merupakan produk zaman (kondisi), bukan hanya sekedar produk keadaan seketika (situasi).
Piramida potensi awal AMS, sebagaimana masyarakat itu sendiri, memang dan sungguh Bhineka Tunggal Ika. Realisme dan Pluralisme masyarakat Jawa Barat tercermin juga dalam figur-kultur-struktur AMS. Potensi awal massa AMS adalah tradisional-religius, sedangkan para elitnya termasuk (relatif) modern.Identitas warga-anggota AMS tentang dirinya ada titik temu yang harmonis antara Sunda-Indonesia, tradisi-modern, religiusitas-logika-metafisika, dan lain-lain.
Berdirinya AMS tidak bisa dilepaskan dari konsolidasi masyarakat Jawa Barat yang ketika itu dimotori Kodam VI/ Siliwangi yang terus dilakukan secara intensif, dengan cara menggalang kekuatan masyarakat untuk membendung radikalisme gerakan pemberontakan Partai Komunis Indonesia yang puncaknya pada tanggl 30 September 1965, AMS merupakan salah satu produk dari rangkaian konsolidasi tersebut, yang kelahiran, pertumbuhan, dan perkembangannya digerakan oleh Zeitgeist (semangat zaman), serta dipimpin oleh polo (pemikiran), pola (perencanaan), dan palu (kekuatan), tiga istilah yang seringkali dilontarkan oleh Kang Tejeje Hidayat Padmandinata sebagai salah satu pendiri AMS. Dengan demikian maka jelaslah berdirinya AMS dapat dilihat dari tiga konteks sosial-politik yang berkembang : Konteks Historis, Filosofis, dan Perjuangan.
1. Historis, Berdirinya AMS sangat dipengaruhi oleh situasi dan kondisi tanah air yang sedang mengalami krisis dalam berbagai aspek utama, yakni sosial-politik, ekonomi dan kemanan nasional kemudian detik-detik penentuan peralihan kekuasaan dari kepemimpinan orde lama ke orde baru yang mempunyai “domino effect” ke seluruh aspek kehidupan.
2. Filosofis, AMS lahir sebagai produk pemikiran mendalam yang syarat dengan nilai-nilai luhur yang bersumber dari kebudayaan nusantara khususnya ajaran Siliwangi sebagai pedoman dalam berfikir, bertindak dalam perjuangan untuk mewujudkan 100% Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur dalam kesatuan wilayah yaitu NKRI, serta mewujudkan cita-cita Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan Republik Indonesia 17 Agustus 1945.
3. Perjuangan, AMS lahir didorong oleh nilai-nilai moral perjuangan, yaitu kesadaran bahwa negara ini akan menjadi lebih baik manakala mampu menghadirkan generasi muda yang bervisi kuat, jujur berilmu, hormat bertanggung jawab kepada rakyat, bersemangat keadilan dan berakar kepada nilai-nilai tradisi yang arif untuk dapat menjadi pemimpin yang mampu melanjutkan pembangunan sekaligus menangkap dan menciptakan peluang-peluang baru yang tercipta dalam setiap perubahan zaman.
AMS dan Siliwangi Kerangka Historis-Filosofis
Penggunaan nama Siliwangi dalam organisasi AMS bukanlah tanpa alasan yang tidak di dasarkan pada pertimbangan yang matang, melainkan hasil pemikiran mendalam kala itu oleh para pemuda yang kelak berhasil mendirikan AMS. Tidak dapat terbantahkan bahwa hal mendasar nama Siliwangi sudah mengakar kuat dalam kehidupan orang Sunda di Jawa Barat tentu saja akan membawa dampak psikologis cukup besar itulah alasan utama penggunaan nama Siliwangi, penamaan Siliwangi yang diawali dengan kata Angkatan Muda tentunya berdampak besar sebagai sebuah kekuatan sosial-politik di Jawa Barat yang sangat erat secara historis dengan Kodam VI/ Siliwangi, sehingga di Jawa Barat terdapat kekuatan Siliwangi Militer dan Siliwangi Sipil (AMS).
Sebagai pengetahuan kesejarahan Siliwangai yang tercantum dalam kropak 630 yang disebut Sanghyang Siksa Kandang Karesian naskah yang ditulis tahun 1440 Saka (1518 M), pada masa pemerintahan Sri Baduga Maharaja (1482-1521 M). Pada lembar XVI tercantum nama “Siliwangi” sebagai tokoh lakon pantun yang menjadi inspirasi bagi AMS:
1. Pertama, bahwa jauh di zaman ratusan tahun yang silam, di Tatar Sunda pernah terdapat negara wibawa, yang bernama Padjajaran, bahwa di hari bihari pernah bertakhta raja adil yang bergelar Siliwangi. Secara kesejarahan, Siliwangi adalah nama gelar, dan bukannya nama diri. Secara turun-temurun diceritakan orang pula dari mulut ke mulut, dan bahkan dari hati-kehati dengan iringan tembang buhun, rakyat di Negara Pajajaran hidup dalam suasana repeh-rapih gemah ripah loh jinawi. Rakyat merasakan nikmatnya hidup bermasyarakat dan bernegara, di bawah teduh-sejuknya kenegarawanan Prabu Siliwangi. Gagah siga uyutna (Lingga Buwana atau Prabu Wangi), wijaksana siga akina (Niskala Wastukencana).
2. Perilaku hidup individu berlandaskan keimanan dan ketakwaan kepada keesaan Tuhan dan cinta kasih kepada sesama manusia (iman ka Pangeran-nyaah ka sasama). Amal hidup bermasyarakat di dasarkan pada niat untuk saling mewangi (silih wawangi) dan saling memancarkan kemuliaan bersama (medangkeun kamulyaan). Pembinaan hidup bernegara dijiwai oleh kalimah waras gusti hurip abdi. Adapun kehidupan itu senduri harus dihadapi dengan leber wawanen (keberanian), dibarengi dengan sifat kesatrya kukuh kana jangji (teguh memegang janji) Keempat hal itulah yang kemudian menjadi Catur Watak AMS.
3. Harga diri dan jiwa pakusarakan (patrionisme) yang telah dijadikan semboyan perjuangan AMS, kala itu menghidupi sekujur tubuh rakyat dan rajanya; lebih baik mati berkalang tanah daripada hidup menanggung hina. Maka sepanjang zaman, satu generasi ke generasi lainnya, semangat patriotisme tersebut tetap dan terus membara di dalam lubuk hatu Rakyat Sunda. Pajajaran Anyar, lamun teu ayeuna, nya sugan jaga! Meskipun sebagian besar dari nilai-nilai spiritual tersebut lebih banyak terletak di dalam rasa daripada kata, Pajajaran tetap menjadi kenangan dan kerinduan akan kesejahteraan hidup bernegara, dan Siliwangi sebagai lambang kepemimpinan yang mengabdi kepada kepentingan rakyat.
4. Siliwangi-Pajajaran menjiwai berbagai kehidupan; sebagai simbol kepemimpinan; “ideologi” sosial tentang adil, benar, manfaat, dan keindahan; dan berbagai ikhwal lainnya yang berwujud ekspresi artistik yang anggun. Begitulah prestasi dan reputasi abadi diri seorang pemimpin yang berbuat adil, benar, dan bijaksana, tentunya harus di jiwai khususnya seluruh warga AMS dan rakyat Jawa Barat pada umumnya sehingga menjadi karakter kepemimpinan utama.
Penamaan Angkatan Muda Siliwangi (AMS).
Secara historis peristiwa yang terjadi pada malam hari sekitar bulan Juni 1966, beberapa pemuda Jajaka Keansantang berkumpul di Jalan Karangtinggal No.25 Bandung (tempat tinggal Ii Muhjidin Wiranatakusumah), mendiskusikan suatu wadah perjuangan untuk menampung dan mengaktualisasikan potensi pemuda Jawa Barat, terutama yang tersebar di desa-desa.
Sebutlah ada semacam pembagian zona kegiatan dengan kesatuan-kesatuan aksi yang bergerak di kota-kota. Program PKI : desa mengepung kota, harus dilawan dengan cara orang-orang kota turun saba desa, yang kemudian wadah terebut nantinya akan menggantikan kesatuan-kesatuan aksi tersebut, akhirnya tercetuslah nama pokok organisasi perjuangan yang melibatkan beberapa tokoh pemuda menyepakati penggunaan nama Angkatan Muda Siliwangi, dengan akhiran kata Siliwangi yang sangat populer di tanah Pasundan.
Adapun beberapa tokoh utama diantara tokoh-tokoh pemuda lainnya yang paling konsern berdalektika dalam usul-mengusulkan melalui dikusi untuk penamaan yang kemudian disepakati nama AMS diantaranya:
1. G. Gani Kusuma Subrata, mengusulkan nama Karyawan Muda Siliwangi. Tapi Muhjidin Wiranatakusumah mengingatkan bahwa jika nama itu disingkat akan menjadi “Karmus” padahal Karmus adalah kakeknya Acil (Bimbo). Sehingga mereka sepakat tidak akan memakai nama tersebut.
2. Tjeje H. Padmadinata mengusulkan nama Generasi Muda Siliwangi, namun inipun tidak dapat mereka terima karena apabila disingkat menjadi “GMS”, sedangkan GMS telah ada yaitu Gerakan Mahasiswa Surabaya.
3. Ijan S. Kusumahdinata mengusulkan nama Angkatan Muda Siliwangi “AMS” disingkat AMS. Sungguh hebat nama ini, tidak ada yang menolaknya sehingga mereka sepakat menggunakan nama Angkatan Muda Siliwangi bagi organisasi yang kelak mereka bentuk.
Waktu dan Tempat Pendirian AMS
Berdasarkan fakta sejarah yang merujuk kepada sumber primer yaitu para pelaku sejarah sebagai narasumber AMS dikatakan berdiri pada tanggal 10 November 1966, yaitu sejak penandatanganan “Piagam Pendirian AMS”. Berdirinya AMS bertepatan dengan Hari Nasional yaitu “Hari Pahlawan” dan sekaligus pada saat umat Islam memperingati hari “Isra Mi’raj”. Jadi pada saat lahirnya AMS, selain bangsa Indonesia tengah menghayati dengan khidmat, hikmah dari Perjalanan Agung Rasullulah Muhammad S.A.W. ktika menerima tuas dan kewajiban suci (Shalat) dari Allah “Sang Khaliq”.
Kemudian tempat penndatanganan “Piagam Pendirian AMS” yaitu di kompleks rumah Ii Muhjidin Wiranatakusumah Jalan Karangtinggal No.25 Bandung. Dari hal diatas maka setiap kader AMS harus yakin bahwa kelahiran AMS mengandung nilai-nilai luhur yaitu mengemban misi melestarikan semangat serta cita-cita Pahlawan Bangsa serta tekad untuk tetap memegang keimanan akan ajaran-ajaran illahi demi tercapainya kebahagiaan dunia akhirat bairk secara perseorangn maupun bangsa secara keseluruhan.
Motif, Tekad, Pernyataan Pendirian AMS
AMS sebagai organisasi perjuangan rakyat tepatnya pada tanggal, 10 November 1966, terdapat dua puluh enam pemuda yang turus serta dalam penandatanganan sebuah piagam pendirian organisasi yang kelak bernama Angkatan Muda Siliwangi (AMS), adapun pertimbangan atau motif organisasi ini terlukis dalam tuturan kata pada piagam tersebut, yaitu sebagai berikut :
“Krisis kepemimpinan nasional yang terus memburuk menjadi tirani demokrasi terpimpin di zaman rejim seratus menteri telah ditandai dengan tonggak penghianatan Gestapu-PKI yang merupakan batas darah pemisah antara Rakyat Indonesia dengan gerombolan komunis, hal mana telah menuntut kewaspadaan dan kesiagaan bangsa di dalam menegakan tata krama kehidupan bernegara republik demokratis berlandasakan hukum dan Pancasila sebagai sumber moral dan politik nasional.”
Lebih lanjut piagam tersebut memaparkan :
“Mengingat betapa perlu dan mendesaknya kegotongroyongan di antara semua golongan dan lapisan masyarakat yang sama-sama ber-Tuhan, berakhalak di dalam mengemban tugas sejarah berupa pengamanan dan peningkatanperjuangan bangsa yang telah mulai memasuki gapura raya zaman baru maka sesuai dengan amanat penderitaan rakyat dan tuntutan hati nurani rakyat yang menjiwai kebangkitan angkatan ‘66 sebagai kekuatan sosial politik baru di Indonesia, terbinanya kepemimpinan baru yang jujur-berilmu, cerdas-berwibawa sertta hormat-bertanggung jawab kepada rakyat merupakan tuntutan zaman yang harus dipenuhi oleh –putera-puteri Indonesia yang merasakan adanya getaran Indonesia baru dan memiliki rasa tanggung jawab atas kehormatan dan keselamatan bersama sebagai satu bangsa yang besar.
Mereka pun bertekad :
….. kami warga angkatan muda Indonesia yang bergerak dibawah panji bakti SILIWANGI dan semboyan perjuangan PAKUSARAKAN, sadar akan arti dan tanggung jawab wilayah Siliwangi sebagai tempat penggemblengan persatuan nasional bhineka tunggal ika, dengan ini menyatakan peningkatan tekad kami untuk lebih merapatkan barisan di dalam rangka pengokohan angkatan ’66 sebagai pelopor dan komponen vital perjuangan Orde Baru…”
Operasionalisasi pembentukan segenap jajaran organisasi Angkatan Muda Siliwangi tergambar di penghujung piagam, yaitu :
“Hal-hal yang berhubungan dengan pembentukan organisasi Angkatan Muda Siliwangi sebagai penghimpun dan penyalur potensi semesta angkatan muda dari pemuda gembala di desa sampai dengan pemuda-sarjana di kota yang tersebar diseluruh penjuru bumi Siliwangi, kami serukan dan serahkan kepada seluruh warga angkatan muda di tempat masing-masing untuk bergerak dengan berani penuh militansi dan rasa tanggung jawab di dalam integrasi masyarakat menuju terwujudnya cita-cita bersama secara damai demokratis. Langkah penyempurnaan selanjutnya di bidang organisasi, konsepsi dan aksi, akan diselenggarakan bersama secara musyawarah ditempat dan waktu yang akan ditentukan lebih lanjut jika keadaan telah memungkinkan.”
Dari isi Piagam tersebut, maka dapatlah kita ketahui beberapa pokok utama, sebagai berikut :
1. Motif Berdirinya AMS : adanya keinginan untuk meningkatkan kewaspadaan dan kesiagaan terhadap ancaman gerakan radikal komunisme indonesia, melalui kelompok-kelompok radikal yang telah menghinati bangsa indonesia yaitu Gerakan 30 September Tahun 1965, dan sekarang tentunya menggulirkan reformasi yang bersifat menyeluruh sebagai koreksi terhadap Orde Baru. Selain itu adanya keinginan untuk menciptakan tatakrama kehidupan berbangsa dan bernegara secara demokratis yang telah disimpangkan oleh Orde Lama saat itu, serta keinginan untuk membentu kepemimpinan nasional yang jujur-berilmu, cerdas-berwibawa, dan hormat-bertanggungjawab pada rakyat.
2. Tekad Pendirian Organisasi : adanya keinginan untuk lebih merapatkan barisan dalam rangka: Pertama, Pengokohan Angkatan Muda sebagai Pelopor dan komponen vital perjuangan Bangsa. Kedua, Pembentukan Kader inti Siliwangi sebagai warga kader Nasional yang berwatak, berotak serta hormat bertanggung jawab kepada Rakyat, yang didalam segala bidang kehidupan merupakan unsur hidup peremaja, penggairah dan pemersatu. Ketiga, Pembinaan wilayah Siliwangi dalam rangka nasional se-Nusantara Indonesia.
3. Pernyataan Berdirinya Organisasi : untuk melaksanakan dan mewujdukan motif serta tekad diatas mak para penandatanganan piagam menyatakan “keberanian moralnya” untuk membentuk sutu organisasi yang menghimpun dan menyalurkan potensi generasi muda dari berbagai lapisan, dari desa hingga kota dalam suatu wadah yang disebut “Angkatan Muda Siliwangi”.
Adapun penandatanganan Piagam Angkatan Muda Siliwangi tersebut dilakukan oleh dua puluh enam (26) pemuda sebagai deklarator diantaranya :
1. Padmadinata (30 Tahun, mahasiswa UNPAD)
2. Daman Hendarman Satiaputra (24 tahun, pemuda)
3. Djuju Sjariefhudin (30 tahun, pemuda)
4. Tatang Tarlanda Atmawiria (30 tahun, wiraswasta)
5. Muhjidin Wiranatakusumah (24 tahun, pemuda)
6. Djugalaningrat Subrata (27 tahun, pemuda)
7. Darmawan Hardjakusumah (24 tahun, pemuda)
8. Muhammad Gandjar (22 tahun, mahasiswa UNPAD)
9. R.D. Ardibrata (22 tahun, mahasiwa UNPAD)
10. U,S. Sulaeman (25 tahun, pemuda)
11. M. Askar S. (19 tahun, siswa SPMA)
12. Deddy Ruswandi (23 tahun, mahasiswa UNPAR)
13. Galuraningrat Subrata (24 tahun, mahasiswa IKIP)
14. Achmad Samsudin (29 tahun, mahasiswa UNPAD)
15. Aan Roesnaedi (21 tahun, mahasiswa)
16. Rauf Wiranatakusumah (21 tahun, mahasiswa ITB)
17. Akke Laksmana Suriahadinegara (22 tahun mahasiswa UNPAD)
18. Amar Ma’ruf (30 tahun, mahasiswa UNPAD)
19. Tjaja Surjana (25 tahun, pemuda)
20. Marjono W.K. (25 tahun, mahasiswa ITB)
21. Alibasah Samhudi (28 tahun, mahasiswa ITB)
22. Tato Sugiarta ( 27 tahun, mahasiswa UNPAD)
23. Samsudin Hardjakusumah (24 tahun, mahasiswa ITB)
24. Ijan S. Kusumahdinata (21 tahun, mahasiswa UNPAD)
25. Hasanudin Samsudin (26 tahun, mahasiswa UNPAD)
26. Maman Abdurrahman (29 tahun, mahasiswa UI)
(Sumber, Buku G. Gani Kusuma Subrata tentang Lintasan Perjuangan Angkatan Muda Siliwangi)
Tujuan dan Tugas Pokok AMS
Sebagaimana tercantum dalam AD/ ART AMS pasal 3 dengan tegas tujuan AMS adalah “Mewujudkan cita-cita Sumpah Pemuda 28 Oktober 1928 dan Proklamasi Kemerdekaan 17 Agustus 1945 dalam wadah Negara Kesatuan Republik Indonesia”. Untuk mencapai tujuan tersebut pada anggaran dasara AMS tercantum tugas pokok yang diemban sebagai berikut :
1. Mengembangkan keberadaan organisasi sebagai kekuatan masyarakat dalam rangka membangun perwujudan masyarakat adil, makmur dan sejahtera.
2. Membina potensi AMS untuk diarahkan pada terwujudnya masyarakat yang mandiri, bermartabat serta demokratis berdasarkan Pancasila
3. Menggalang solidaritas masyarakat Indonesia dalam memperkokoh Persatuan dan Kesatuan.
Basis Masa Utama Kader AMS
Secara konsep bahwa dasar filosofi-ideologi, serta rumusan strategi perjuangan AMS secara esensial yaitu“Ngahudangkeun nu can hudang, ngaleumpangkeun nu geus hudang, sangkan urang padesan (orang desa) milu tandang makalangan dina raraga ngaheyeuk dayeuh ngolah nagara” dalam uraian tersebut sangat ditekankan urang padesan (orang des), maka hal itu bisa mengandung dua pegertian utama, yaitu:
1. Pertama, desa dalam arti harfiah, yaitu sebutan bagi wilayah yang secara geografis dan administrasi pemerintahan merupakan kebalikan dari kota.
2. Kedua, desa dalam arti daerah, yang merupakan kebalikan dari terminologi pusat.
(Sumber. Buku Tjeje. H. Padmadinata tentang Setengah Abad Perlawanan 1955-2005)
Dari kedua pengertian tersebut dapat di pahami secara fleksibel, yaitu kita dapat memahami bahwa perjuangan AMS bertumpu pada grassroot (akar rumput) masyarakat diperdesaan, agar potensi mereka dapat teraktualisasikan, sehingga kehidupannya di segala bidang tidak tertinggal jauh oleh masyarakat di perkotaan. Atau, perjuangan AMS adalah memposisikan daerah agar tidak sekedar menjadi objek dalam percaturan nasional, dengan kata lain: daerah harus punya peranan, sebab negara Indonesia ini bukan hanya milik orang-orang pusat saja.
Fokus Perjuangan AMS
Rentang sejarah perjuangan yang panjang fokus perjuangan AMS sejak awal pendiriannya pada 10 November 1966 sampai detik ini cukup kuat pengaruhnya dalam membentuk kepribadian kader bangsa sebagai kontribusi dalam pembangunan Jawa Barat dan NKRI. Adapun Fokus Perjuangan AMS diantaranya yaitu :
1. Pertama perjuangan dalam mempersiapkan kader-kader bangsa yang berkepribadian Nasionalis-Patriotis-Religius-Berbudaya yang Pancasilais serta senantiasa menjunjung tinggi nilai-nilai kemanusiaan dan keadilan dalam pergaulan sosial dengan menggelorakan semangat Gotong Royong melalui sikap silah asah, asih, asuh. Kaderisasi merupakan hal yang sangat penting bagi suatu orgnaisasi terkhusus di AMS sehingga kader-kader AMS tersebar di berbagai lapangan profesi, baik di lingkungan pemerintahan maupun ditengah-tengah masyarakat.
2. Kedua perjuangan dalam mematangkan ide organisasi agar sukses dalam konsolidasi, administrasi, kaderisasi dalam organisasi dan sukses dalam partisipasi bagi pembangunan negara, terutama untuk membangun basis ideologis yang dijadikan landasan aktifitas berpikir, bersikap dan bertindak, fungsi basis idologis yaitu untuk mencerminkan tujuan bersama yang hendak dicapai dengan cara mengimplementasikan nilai-nilai kebajikan dalam kehidupan melalui ”Amparkeun Sagala Kasomeah Diri Ka Papada Hirup (Tebarkan segala kebaikan kepada sesama Mahkluk Hidup)” sehingga hasil yang diinginkan merupakan cita-cita luhur bersama yaitu susana kehidupan gemah-ripah (subur makmur, cukup sandang, pangan,papan), repeh-rapih (rukun dan damai atau aman sentosa) mendharma bhaktikan karya dan cipta bersama dilembur matuh banjar karang pamidangan lemah cai tempat bali geusan ngajadi (membaktikan diri tempat asal kita dilahirkan di bumi ibu pertiwi).
3. Ketiga, perjuangan dalam mematangkan ide kenegaraan. Pematangan ide kenegaraan ini tak bisa dilepaskan dari pematangan ide organisasi. Sejak awal AMS telah begitu akrab dengan diskursus mengenai kenegaraan, sehingga menghasilkan tokoh-tokoh jawa barat yang menasional yang memiliki buah pemikiran yang telah memberikan kontribusi besar dalam menentukan dan memantapkan Negara Indonesia.
4. Keempat, perjuangan dalam pergerakan politik yang menjunjung tinggi semangat silih asah, asih, asuh yang beroerintasi untuk mewujudkan susunan masyarakat dan pemerintahan Indonesia yang didalamnya menyelamatkan kaum tertindas, sehingga AMS dapat dinyatakan lahir, tumbuh di tengah-tengah masyarakat dengan mengemban tugas sebagai pembela rakyat dan tanah air. AMS sebagai organisasi kemasyarakatan adalah gerakan politik yang tidak berbentuk partai poilitik. Selain itu orientasi AMS yaitu mengisi kemerdekaan yang mengandung pengertian bahwa organisasi ini harus berjuang melalui gerakan politik sehingga alumni-alumninya kelak dapat ambil bagian dalam penyelenggaraan negara.
Empat Fokus perjuangan AMS menegaskan tujuannya, yaitu untuk mempertahakan NKRI dan mempertinggi derajat rakyat Indonesia, serta menegakan dan mengembangkan ajaran siliwangi melalui perjuangan yang difokuskan pada empat hal tersebut.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar